Selasa, 04 Oktober 2016

Etika Melakukan Amalan



Etika dalam Melakukan Amalan

            Imam Ghazali telah menerangkan beberapa etika menjalankan sebuah amalan atau doa. Apabila seseorang hendak melaksanakan amalan sunnah, atau memohonkan sesuatu yang dihajatkannya kepada Allah Ta’ala, hendaknya seseorang tersebut melakukannya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya etika-etika berikut ini:
      ü  Pilih Waktu Tepat

Seseorang muslim dalam berdoa atau saat melaksanakan amalan-amalan sunnah hendaknya memilih waktu yang baik, sehingga apa yang dipanjatkan, bisa dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Seperti pada hari Arafah, hari Jum’at, bulan Ramadhan atau dikeheningan malam hari. Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda:

“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah hari Jum’at, pada hari Jum’at Nabi Adam diciptakan, dimasukan surga dan pada hari itu pula dia dikeluarkan dari surga. Dan hari kiamat pun akan datang pada hari Jum’at.”(HR.Muslim).

Adapun bulan Ramadhan memiliki keistimewaan untuk memperbanyak doa dikarenakan termasuk bulan mulia. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka selebar-lebarnya, sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya:

Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka selebar-lebarnya, syetan-syetan dibelenggu dan malaikat mengumandangkan panggilan ‘hai pelaku kebijakan, berbahagialah. Dan hai para pelaku kemaksiatan, bertaubatla.”(HR. Ahmad dan Nasa’i)

      ü  Menghadap Kiblat

Seorang muslim ketika berdoa atau saat menunaikan amalan-amalan sunnah hendaklah menghadap ke arah kiblat. Sebab yang demikian adalah sunnah karena menghadap kiblat selalu dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

      ü  Merendahkan Suara

Seorang muslim ketika memanjatkan suatu amalan hendaklah dengan volume suara yang sederhana. Tidak terlalu keras tidak pula terlalu pelan. Sebab seseorang yang sedang melakukan amalan berarti sedang berdialog dan berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala.

Sudah selayaknya bila kita merendahkan suara sehingga hati kita bisa khusyu’ dan merasa lebih dekat dengan Allah. Anggota badan seluruhnya tenang, dan menjaga kebersihan hati dan kesucian rohani. Dalam hal ini, Allah Ta’ala telah memberikan tuntunan agar hamba-hamba-Nya senantiasa berdoa dengan penuh etika. Dalam al-Qur’an telah ditegaskan yang artinya:


“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.”(Qs.al-A’raf:55)
    
      ü  Bersikap Khusyu’ dan Tadharru’

Sesorang muslim ketika melakukan amalan-amalan sunnah hendaknya menunjukan sikap merendahkan diri dan kehusyu’an hati. Tidak tergesa-gesa, serta penuh keyakinan dan ikhlas.

Merndahkan diri dan khusyu’ dalam menjalankan sebuah amalan memang diperintahkan Allah Ta’ala kepada setiap hambanya. Di dalam al-Quran telah ditegaskan:







“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut tidak diterima dan penuh harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(Qs.al-A’raf: 55-56)

       ü  Bertobat


Seorang muslim hendaknya bertobat sebelum melaksanakan sebuah amalan (ibadah) sunnah. Contohnya adalah dengan membaca istighfar dengan sepenuh hati menyadari akan dosa-dosa yang telah dilakukan.


Terima kasih untuk Buku "The Miracle of Al Fatihah, Ayat Kursi dan Al Waqiah". Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. #BerbagiItuIndah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar