Etika dalam Melakukan Amalan
Imam
Ghazali telah menerangkan beberapa etika menjalankan sebuah amalan atau doa.
Apabila seseorang hendak melaksanakan amalan sunnah, atau memohonkan sesuatu
yang dihajatkannya kepada Allah Ta’ala,
hendaknya seseorang tersebut melakukannya dengan sebaik-baiknya dan
secermat-cermatnya etika-etika berikut ini:
ü Pilih
Waktu Tepat
Seseorang muslim
dalam berdoa atau saat melaksanakan amalan-amalan sunnah hendaknya memilih
waktu yang baik, sehingga apa yang dipanjatkan, bisa dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Seperti pada hari Arafah, hari
Jum’at, bulan Ramadhan atau dikeheningan malam hari. Hal ini sebagaimana hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
telah bersabda:
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah
hari Jum’at, pada hari Jum’at Nabi Adam diciptakan, dimasukan surga dan pada
hari itu pula dia dikeluarkan dari surga. Dan hari kiamat pun akan datang pada
hari Jum’at.”(HR.Muslim).
Adapun bulan
Ramadhan memiliki keistimewaan untuk memperbanyak doa dikarenakan termasuk
bulan mulia. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka selebar-lebarnya,
sebagaimana Rasulullah bersabda yang artinya:
“Pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga dibuka
selebar-lebarnya, syetan-syetan dibelenggu dan malaikat mengumandangkan panggilan
‘hai pelaku kebijakan, berbahagialah. Dan hai para pelaku kemaksiatan,
bertaubatla.”(HR. Ahmad dan Nasa’i)
ü Menghadap
Kiblat
Seorang muslim
ketika berdoa atau saat menunaikan amalan-amalan sunnah hendaklah menghadap ke
arah kiblat. Sebab yang demikian adalah sunnah karena menghadap kiblat selalu
dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
ü Merendahkan
Suara
Seorang muslim
ketika memanjatkan suatu amalan hendaklah dengan volume suara yang sederhana.
Tidak terlalu keras tidak pula terlalu pelan. Sebab seseorang yang sedang
melakukan amalan berarti sedang berdialog dan berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala.
Sudah selayaknya
bila kita merendahkan suara sehingga hati kita bisa khusyu’ dan merasa lebih
dekat dengan Allah. Anggota badan seluruhnya tenang, dan menjaga kebersihan
hati dan kesucian rohani. Dalam hal ini, Allah Ta’ala telah memberikan tuntunan agar hamba-hamba-Nya senantiasa
berdoa dengan penuh etika. Dalam al-Qur’an telah ditegaskan yang artinya:
“Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.”(Qs.al-A’raf:55)
ü Bersikap
Khusyu’ dan Tadharru’
Sesorang muslim
ketika melakukan amalan-amalan sunnah hendaknya menunjukan sikap merendahkan
diri dan kehusyu’an hati. Tidak tergesa-gesa, serta penuh keyakinan dan ikhlas.
Merndahkan diri
dan khusyu’ dalam menjalankan sebuah amalan memang diperintahkan Allah Ta’ala kepada setiap hambanya. Di dalam
al-Quran telah ditegaskan:
“Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan rendahkan diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut tidak diterima dan penuh harapan akan dikabulkan.
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”(Qs.al-A’raf: 55-56)
ü Bertobat
Seorang muslim
hendaknya bertobat sebelum melaksanakan sebuah amalan (ibadah) sunnah.
Contohnya adalah dengan membaca istighfar
dengan sepenuh hati menyadari akan dosa-dosa yang telah dilakukan.
Terima kasih untuk Buku "The Miracle of Al Fatihah, Ayat Kursi dan Al Waqiah". Semoga yang sedikit ini bisa bermanfaat. #BerbagiItuIndah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar